Saturday, November 4, 2017

Book Review: Voice In My Head by Lilian Chan


BOOK REVIEW

Voice In My Head by Lilian Chan

Title : Voice In My Head
Author : Lilian Chan
Publisher : Haru
Pages :  192 pages
Year of Publication : October 2017
Price : Rp 59.000,-

Rating: 3 / 5
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tessa Goh bermimpi untuk menjadi seorang penulis.

Hanya saja, persaingan menjadi seorang penulis bukanlah hal yang mudah. Dia harus cukup bersyukur untuk menjadi seorang resepsionis di sebuah klinik kecantikan, melayani wanita-wanita kelas atas di Bangsar. Bos yang baik, kolega yang hebat, klien yang menarik. Apalagi yang bisa dia minta?

Ah, mungkin dia bisa meminta seorang pemuda tampan, kaya, dan cerdas sebagai seorang kekasih. Aran Shankar memenuhi semua kriteria itu. Hanya saja, ada masala yang berkecamuk di dalam kepalanya.

Tessa mulai mendengar pikiran-pikiran orang lain, termasuk ibu Aran. Hal-hal yang jahat dan kejam.

Hanya saja, apakah itu benar-benar pikiran sang ibu? Atau itu hanya suara di dalam kepalanya saja?

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Ini pertama kalinya aku membaca buku novel terjemahan dari Malaysia. Hal pertama yang menarik dari buku ini adalah di bagian sinopsisnya yang menuliskan bahwa tokoh utama memiliki kemampuan 'superpower', yaitu dapat membaca pikiran orang lain! Selain itu yang mengejutkan dari kisah di buku ini adalah kisah cinta antara dua insan yang berbeda ras. Topik ini cukup sensitif bagi sebagian masyarakat tapi dapat menarik rasa penasaran dalam diri kita.

Ide cerita dari buku ini menarik, mengenai Tessa yang merupakan keturunan Chinese, jatuh cinta pada pria Indian yang kaya raya. Ada beberapa konflik pada alur cerita ini yang terkadang seperti terlalu berlebihan dan eksekusi dalam karakternya kurang mengena. Ekspetasiku mengenai kemampuan 'superpower' tokoh utama ternyata terlalu tinggi. Ada plot-plot di sepanjang cerita yang menurutku bisa dimanfaatkan dengan kemampuan 'superpower' tokoh utama.


"Tapi kau lupa bahwa pikiran-pikiran dari satu orang saja telah menguasaimu... dan pikiran itu adalah milikmu sendiri."
(hal. 166)

Konflik soal hubungan cinta yang tidak direstui terasa 'real' bila dilihat pada keadaan masyarakat sekarang. Masih banyak golongan masyarakat yang mengikuti tradisi mereka dalam pemilihan pasangan. Tantangan hubungan antar ras merupakan topik berat. Sayangnya, eksekusi pada buku ini terlihat masih kurang digali. Feel dalam percakapan dialog pada buku ini kurang terasa dikarenakan lebih fokus pada dialognya sendiri dibandingkan memberikan gambaran emosi karakter saat itu.


Suatu hari nanti, akhirnya dia akan tahu bahwa terkadang semua yang kita butuhkan adalah cinta.
(hal. 182)


Secara keseluruhan, saya cukup menyukai buku ini. Ide dan konsep cerita menarik, walaupun pada pengeksekusian ke dalam cerita masih kurang tereksplor. Tapi, membaca buku karya pertama dari Lilian Chan ini membuatku kagum. Pesan-pesan dari kisah ini sangat melekat dan memberikan inspirasi. Jangan terus-menerus mendengar hal-hal yang negatif saja dan tetap menjadi diri sendiri.


A Flying Snail

No comments:

Post a Comment